Laporan Catatan Perjalanan Pendakian Gunung Slamet, Jawa Tengah via Jalur Bambangan

Jumat, 20 Januari 2017

          Tim pendaki terdiri dari delapan orang yang terbagi menjadi lima orang anggota Kapala Magmagama yaitu Amoy, Cigak, Gembus, Kabau, dan Ucul serta tiga orang anggota non-Magmagama yaitu Lintang Putra Sadewa, Alvian Bonar Saputra, dan Rois Rohmanul Azizi. Tim berangkat dari Fakultas Teknik UGM pada pukul 17.40 WIB. Jalur pendakian yang tim pilih adalah Jalur Bambangan yang terletak di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Alasan tim memilih jalur ini adalah karena jalur ini merupakan jalur yang paling umum dilalui para pendaki dan memiliki rute pendakian yang paling pendek. Tim pendaki berkendara dengan menggunakan empat motor menuju Kabupaten Purbalingga dengan melewati Jalan Wates, Jalan Daendels, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Banjarnegara lalu menuju Desa Kutabawa yang terletak di Kabupaten Purbalingga.

1.jpg

(Persiapan keberangkatan tim pendaki di pelataran Sekretariat HMTG FT UGM)

          Pada pukul 19.30 WIB kesialan pertama menimpa perjalanan tim. Karena jalan yang minim penerangan dan terdapat banyak lubang, motor yang ditumpangi oleh Cigak dan Kabau mengalami bocor ban di Jalan Daendels, setelah beberapa saat mencari tempat untuk menambal ban, pukul 20.30 WIB tim pun dapat melanjutkan perjalanan. Sesampainya di Kabupaten Kebumen pada pukul 21.30 WIB, tim pun memutuskan untuk istirahat salat dan makan hingga pukul 22.30 WIB. Setelah melanjutkan perjalanan, tim kembali berhenti di suatu pom bensin yang terletak di Kabupaten Purbalingga. Di perjalanan menuju Desa Kutabawa, kesialan kedua menimpa perjalanan tim. Pada pukul 00.15 WIB ban motor yang dikendarai oleh Gembus dan Ucul mengalami kebocoran, karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk mencari tempat menambal ban, tim pun memutuskan untuk menitipkan motor tersebut di rumah Ketua RT setempat. Perjalanan pun dilanjutkan dengan Gembus dan Ucul berangkat menuju basecamp pendakian dengan menggunakan jasa ojek dari warga sekitar.

          Perjalanan menuju basecamp pendakian ditempuh dengan melalui jalan yang sangat menanjak, berlubang dan minim penerangan. Pada pukul 01.50 WIB tim akhirnya tiba di basecamp pendakian Gunung Slamet yang terletak di Dukuh Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Kondisi basecamp saat tim tiba cukup lengang dimana hanya terdapat dua rombongan pendaki lain yang telah beristirahat terlebih dahulu. Tim pun akhirnya dapat beristirahat sebagai persiapan untuk memulai pendakian esok harinya.

2

(Kondisi Basecamp Bambangan saat tim pendaki tiba)

Sabtu, 21 Januari 2017

          Setelah beristirahat hingga pukul 05.00 WIB, tim pendaki pun bangun untuk melaksanakan salat subuh dan sarapan. Sebelum melakukan pendakian, tim harus melakukan registrasi terlebih dahulu kepada pihak basecamp. Tiap rombongan pendaki yang melakukan registrasi wajib menuliskan nama lengkap seluruh anggota kelompoknya, menuliskan nomor handphone yang bisa dihubungi, meninggalkan KTP dari salah satu anggota rombongan dan tidak lupa pula untuk membayar retribusi sebesar Rp 10.000,-/orang, biaya retribusi tersebut merupakan biaya karcis masuk dan asuransi sebesar Rp 5.000,- dan biaya bibit pohon sebesar Rp 5.000,-.  Pendaki yang ingin mendaki gunung ini untuk pertama kalinya diwajibkan untuk membawa satu bibit pohon untuk setiap orangnya  yang nantinya akan diletakkan pada suatu tempat yang telah disediakan di jalur pendakian. Terdapat beberapa larangan saat mendaki Gunung Slamet antara lain :

  • Masuk tanpa izin
  • Membuat api unggun
  • Tidak membawa turun sampah
  • Menyalakan kembang api
  • Membawa minuman keras
  • Memetik Bunga Edelweis
  • Vandalisme
  • Mendirikan tenda di dalam shelter

 

  • 3

(Ketentuan denda dan larangan saat mendaki Gunung Slamet via Bambangan)

            Setelah melakukan registrasi, tim pendaki pun diberikan briefing oleh pihak basecamp mengenai jalur pendakian. Terdapat 9 pos pada jalur pendakian ini dimana shelter terdapat pada pos 1, 5, dan 7, terdapat pula sumber air berupa sungai yang terdapat di dekat pos 5. Hanya ada satu jalur pendakian via bambangan ini, jadi selama pendaki mengikuti petunjuk yang telah tersedia maka tidak perlu khawatir untuk tersesat, tetapi pendaki harus berhati – hati saat perjalanan turun dikarenakan ada beberapa percabangan di jalur turun yang mengarah menuju basecamp pendakian pemalang yang terdapat di dekat pos 3 dan pos 6. Tim pendaki juga diwajibkan untuk turun dari puncak sebelum jam 10 pagi dikarenakan kadar gas belerang yang tinggi di siang hari.

            Setelah tim selesai di briefing dan selesai melakukan persiapan pendakian, pada pukul 07.25 WIB tim pun memulai pendakian. Jalur pendakian dari basecamp menuju camp 1 dilalui dengan melewati perkebunan warga dengan jalan yang cukup mendatar. Setelah 15 menit melewati perkebunan warga, tim pun sampai di hamparan padang rumput yang cukup luas dengan vegetasi berupa ilalang dan beberapa pohon cemara, disinilah terdapat tempat untuk meletakkan bibit pohon yang sebelumnya kami bawa dari basecamp. Tim pun melanjutkan perjalanan dengan jalur yang mulai memasuki batas antara hutan dan padang rumput dengan jalan yang cukup landai, tim tiba di pos bayangan antara pos 1 dan basecamp pada pukul 08.20, pos bayangan ini memiliki beberapa bangunan kayu beratap dengan beberapa tempat duduk. Tak lama beristirahat di pos bayangan tim pun melanjutkan perjalanan menuju pos 1, dari titik ini jalur pendakian didominasi oleh jalur tanah yang cukup menanjak dan licin dengan vegetasi berupa pohon cemara di sepanjang jalur.

            Tim pendaki tiba di pos 1 pada pukul 09.00 WIB. Pada pos ini terdapat beberapa warung yang menyediakan berbagai makanan dan minuman seperti gorengan dan beberapa minuman hangat. Harga makanan di pos 1 ini pun cukup terjangkau dimana per gorengannya dihargai Rp 2.000,- dan masih bisa ditawar harganya. Sebagai informasi, mendoan yang terdapat di pos ini.. JUARA. Setelah beristirahat selama 30 menit tim pun melanjutkan pendakian menuju pos 2. Perjalanan menuju pos 2 didominasi oleh jalan yang lebih licin dan curam dibandingkan perjalanan menuju pos 1 sebelumnya, telah terjadi perubahan vegetasi dimana sebelumnya didominasi oleh cemara dan ilalang dan sekarang berganti menjadi tumbuhan – tumbuhan khas hutan hujan tropis yang sangat lebat. Pada jalur ini, terdapat beberapa lahan datar yang dapat digunakan sebagai tempat camping.

            Tim pendaki tiba di pos 2 pada pukul 10.35 WIB. Di pos ini juga terdapat beberapa warung yang menjual makanan yang tidak jauh berbeda dari pos sebelumnya. Pada pukul 10.50 WIB tim melanjutkan perjalanan menuju pos 3, jalur antara pos 2 – pos 3 tidak jauh berbeda dari jalur antara pos 1 – pos 2 dimana terdapat beberapa tempat untuk camping di sepanjang jalur pendakian, selain itu di jalur ini juga terdapat banyak shelter alam yang dapat digunakan oleh para pendaki, hujan gerimis mulai menemani perjalanan tim pendaki saat menuju pos 3 ini. Tim pun tiba di pos 3 pada pukul 12.00 WIB. Di pos 3 ini pun masih terdapat warung yang menjual berbagai macam makanan dan minuman.

            Pada pukul 12.15 WIB tim melanjutkan perjalanan menuju pos 4, jalur dari pos 3 menuju pos 4 masih tidak terlalu jauh berbeda dari jalur sebelumnya. Tim pun tiba di pos 4 pada pukul 13.00 WIB, pos ini merupakan sebuah dataran yang tidak terlalu luas dimana pada pos tersebut terdapat beberapa pohon yang tumbang. Pos 4 ini konon merupakan pos yang paling angker menurut mitos dari warga sekitar karena seringkali pendaki yang berada di pos ini mendapat “gangguan” dari “makhluk halus” sehingga para pendaki disarankan untuk tidak berlama – lama di pos ini apalagi sampai mendirikan dome. Setelah beristirahat selama 10 menit tim pun melanjutkan perjalanan menuju pos 5, tetapi selama beristirahat tim pendaki melihat beberapa ekor monyet yang berkeliaran di sekitar pepohonan pada pos 4. Tim pendaki pun tiba di pos 5 pada pukul 13.40 WIB.

4

(Beberapa ekor monyet yang terdapat di Pos 4 Pondok Samarantu)

            Setelah sampai di pos 5, tim pendaki memutuskan untuk memasak makan siang di dalam shelter yang ada di pos ini. Sangat disayangkan, pada pos 5 ini terdapat banyak sekali sampah yang berserakan dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Pada pos ini juga masih terdapat warung yang menjual berbagai makanan dan minuman hangat bagi para pendaki yang datang. Karena hujan yang sebelumnya mengguyur saat perjalanan tim pendaki menuju pos ini, salah satu anggota tim pendaki yaitu Alvian Bonar mengalami masuk angin sehingga beberapa kali dia muntah karena perutnya yang terasa sangat mual. Penanganan yang tim lakukan kepada Bonar adalah memberikan dia Antangin dan meyuruh dia untuk mengganti bajunya yang basah. Pada pos 5 ini terdapat sumber air berupa sungai yang berjarak kurang lebih 2 menit dari shelter pos 5. Perjalanan menuju sungai ini dilalui dengan jalan yang sangat curam dan licin sehingga tim pendaki pun harus berhati – hati saat akan mengambil air.

            Setelah cukup makan dan beristirahat, pada pukul 15.45 WIB tim melanjutkan pendakian menuju pos 6. Jalur menuju pos 6 ini relatif lebih landai dibandingkan jalur pendakian sebelumnya, hanya saja terdapat beberapa pohon tumbang dan jalan yang cukup licin sehingga tim pendaki cukup berhati – hati saat melewati jalur ini. Pada pukul 16.15 WIB tim tiba di pos 6 Ketebonan, pos ini hanya berupa sebidang tanah datar dan tidak terdapat bangunan apapun, karena sudah cukup istirahat dan makan sebelumnya, tim memutuskan tidak beristirahat di pos 6 dan langsung berangkat menuju pos 7. Hujan yang tadinya sudah reda kembali mengguyur saat kami menuju pos 7. Jalan yang didominasi oleh lapisan tanah lempungan dan air hujan yang mengguyur semakin mempersulit pendakian tim menuju pos 7, beberapa kali tim pendaki terpeleset di sepanjang jalur pendakian. Pada jalur menuju pos 7 ini sudah dapat ditemukan beberapa tumbuhan edelweis yang tumbuh subur kanan dan kiri jalan, sayangnya tak satupun dari edelweis ini yang mekar bunganya karena memang belum musimnya untuk berbunga. Setelah sebelumnya tim pendaki melewati jalur dengan vegetasi berupa tumbuhan hutan hujan tropis, pada jalur menuju pos 7 ini telah terdapat perbedaan vegetasi yang ditandai semakin jarangnya pepohonan dan tumbuhan yang ada, pemandangan yang cukup menarik dari jalur ini adalah terdapatnya hutan mati yang apabila dikombinasikan dengan hujan yang turun, cahaya matahari yang semakin redup dan lembah di kedua sisi jalur akan menambah kesan “mencekam” dari jalur ini.

5

(Pepohonan yang mati pada jalur menuju Pos 7)

            Tim tiba di pos 7 pada pukul 17.05 WIB dan beristirahat di dalam shelter terlebih dahulu. Kondisi pos 7 tidak jauh berbeda dari pos 5 dimana terdapat banyak sampah yang dibuang sembarangan serta menimbulkan bau yang tidak sedap. Saat tiba di pos 7 sudah terdapat beberapa dome pendaki lain yang telah tiba sebelumnya, tetapi karena kondisi hujan yang semakin deras dan tidak kunjung reda, tim pendaki pun akhirnya memutuskan untuk beristirahat dan bermalam di dalam shelter.

Minggu, 22 Januari 2017

            Summit attack!! Setelah bangun pada pukul 03.00 WIB tim pun bersiap melakukan pendakian menuju Puncak Surono dari Gunung Slamet, beberapa bekal makanan pun tim santap sebagai persiapan untuk menuju puncak tertinggi di Jawa Tengah tersebut. Tim pendaki memutuskan untuk mendaki dengan hanya membawa satu carrier yang berisi ponco serta logistik seperti bahan makanan dan minuman, kompor, gas, dan nasting serta tidak lupa pula membawa P3K sebagai persiapan pendakian. Pada pukul 03.30 WIB tim memulai perjalanan menuju pos 8, jalan menuju pos 8 tidak terlalu curam dan terdapat beberapa cabang yang pada akhirnya akan sampai di titik yang sama, tanpa berlama – lama tim pendaki pun langsung melanjutkan perjalanan dari pos 8 menuju pos 9. Jalur menuju pos 9 tidak terlalu jauh berbeda dari jalur menuju pos 8 dimana masih ditemukan tumbuhan edelweis di sepanjang jalur pendakian. Tim pendaki tiba di pos 9 Pelawangan pada pukul 04.00 WIB, dari pos ini para pendaki dapat melihat pemandangan Kota Purbalingga dan sekitarnya dengan cukup jelas, di pos ini tim pendaki beristirahat selama beberapa saat lalu melanjutkan perjalanan menuju puncak.

            Jalur pendakian menuju puncak dari pos 9 sangat berbeda dari jalur-jalur sebelumnya dan memiliki tantangannya tersendiri. Jalur ini didominasi oleh batuan dan pasir lepas sehingga para pendaki yang ingin naik harus ekstra berhati–hati agar tidak menjatuhkan batuan di sepanjang jalur yang dapat membahayakan pendaki lain di bawahnya, pasir dan kerikil yang licin juga menambah tantangan yang harus dilalui tim pendaki menuju puncak. Beberapa kali sempat terjadi kejadian dimana batuan lepas dan menggelinding ke bawah karena tidak sengaja tersenggol oleh pendaki lain, tim pun harus dalam kondisi waspada dan selalu memperingatkan apabila ada batuan lepas yang terjatuh, konsentrasi yang tinggi serta kelincahan tubuh sangat dibutuhkan apabila pendaki ingin menghindari batuan-batuan yang terjatuh tersebut.

            Perjalanan kami selama satu jam menuju puncak yang cukup berbahaya tersebut pun akhirnya terbayar lunas saat tim pendaki berhasil mencapai puncak Gunung Slamet pada pukul 05.15 WIB. Kedatangan kami di puncak pun langsung disambut oleh Sang Fajar yang mengintip dari langit timur dengan cahayanya yang berwarna kemerahan. Tim pendaki menyempatkan diri untuk salat subuh terlebih dahulu di puncak. Puncak Surono Gunung Slamet (3428 mdpl) merupakan sebuah punggungan yang tidak tertutupi vegetasi sama sekali dimana terdapat kawah yang cukup luas di arah barat daya puncak tersebut, dari puncak ini tim pendaki dapat melihat pemandangan Gunung Sumbing, Sindoro dan Prau di arah timur laut dari Gunung Slamet. Karena bentuknya berupa punggungan tanpa adanya vegetasi, angin dapat berhembus sangat kencang yang membuat tim pendaki sangat merasa kedinginan.Selain andesit dan skoria, batuan-batuan lepas yang ditemukan baik itu di jalur menuju puncak dan di puncaknya sendiri terdiri dari lava dimana ditemukan beberapa bread-crust bomb yang merupakan produk vulkanik dari hasil pyroclastic fall (Cigak, 2017). Setelah berjuang selama berjam-jam, akhirnya tim pendaki mampu mencapai puncak tertinggi di Jawa Tengah, semua rasa lelah dan letih kami pun seketika sirna saat kami dapat melihat pemandangan yang benar-benar luar biasa tersebut.

6

(Dokumentasi Tim Pendaki di Puncak Slamet 3428 mdpl, kamera menghadap barat)

Setelah puas berfoto-foto, tim pendaki memutuskan untuk memasak minuman hangat sebelum berangkat untuk turun kembali menuju pos 7. Pukul 07.00 WIB tim pun memulai perjalanannya turun dari puncak. Perjalanan turun dari puncak ternyata sedikit lebih sulit dibandingkan perjalanan saat naik karena pasir dan kerikil yang licin membuat tim pendaki seringkali terpeleset dan jatuh menghantam batuan. Sesampainya di pos 7, tim pendaki segera memasak sarapan sebagai asupan energi untuk perjalanan kembali ke basecamp. Hujan sempat mengguyur selama beberapa saat sehingga tim pendaki tertahan di pos 7 dan menunggu hujan reda sebelum turun.

Pukul 11.30 WIB tim pendaki pun akhirnya memulai perjalanan turun kembali menuju basecamp. Tim pendaki tidak menemukan kendala apapun saat perjalanan turun, dan sesuai seperti yang sebelumnya telah diperkirakan, perjalanan turun memakan waktu yang jauh lebih singkat dibandingkan perjalanan naik. Seluruh tim pendaki tiba di basecamp pendakian jalur Bambangan pada pukul 15.30 WIB dengan kondisi sehat dan sedikit banyak kelelahan. Sesampainya di basecamp, tim segera melapor kepada pihak basecamp bahwa tim telah sampai dengan selamat dan dalam kondisi lengkap, tidak lupa tim pendaki menyerahkan sampah sisa logistik yang digunakan kepada pihak basecamp sebagai syarat pengambilan kartu identitas yang sebelumnya dititipkan kepada pihak basecamp. Setelah cukup beristirahat, tim pun memutuskan untuk kembali ke Yogyakarta pada pukul 17.30 WIB. Pada pukul 19.00 WIB, tim tiba di suatu pom bensin di daerah Purbalingga untuk solat dan beristirahat, tetapi dikarenakan kondisi tim pendaki yang cukup kelelahan, kami memutuskan untuk bermalam di pom bensin tersebut. Pom bensin tersebut memiliki fasilitas yang cukup lengkap seperti mushola, toilet yang bersih, serta beberapa pendopo yang dapat tim gunakan sebagai tempat untuk bermalam.

Senin, 23 Januari 2017

Setelah tidur yang sangat lelap di pom bensin tersebut, tim pun melanjutkan perjalanannya menuju Yogyakarta pada pukul 04.30 WIB. Rute yang ditempuh oleh tim pendaki saat pulang ke Jogja sedikit berbeda dengan rute yang ditempuh saat berangkat dimana tim tidak melewati Jalan Daendels melainkan melewati Kota Purworejo menuju Jalan Wates. Selama perjalanan tim sempat berhenti untuk sarapan bubur ayam yang cukup lezat di Kota Kebumen. Dari rute yang ditempuh, kondisi jalan kebanyakan berlubang dan padat kendaraan, tetapi karena hari sudah siang, tim pendaki pun tidak terlalu kesulitan untuk kembali ke Yogyakarta. Tim pun sampai kembali di sekretariat HMTG FT UGM pada pukul 11.00 WIB.

Waktu Pendakian

Basecamp – Pos 1 Pondok Gembirung (1937 mdpl) = 1 jam 35 menit

Pos 1 – Pos 2 Pondok Walang (2256 mdpl) = 1 jam 5 menit

Pos 2 – Pos 3 Pondok Cemara (2510 mdpl) = 1 jam 10 menit

Pos 3 – Pos 4 Pondok Samarantu (2688 mdpl) = 45 menit

Pos 4 – Pos 5 Samyang Rangkah (2792 mdpl) = 30 menit

Pos 5 – Pos 6 Samyang Ketebonan (2909 mdpl) = 30 menit

Pos 6 – Pos 7 Samyang Kendit (2990 mdpl) = 50 menit

Pos 7 – Pos 8 Samyang Jampang (3092 mdpl) = 10 menit

Pos 8 – Pos 9 Plawangan (3150 mdpl) = 20 menit

Plawangan – Puncak (3428 mdpl) = 1 jam 10 menit

Total waktu pendakian adalah = 8 jam 5 menit

Waktu pendakian tersebut adalah waktu bersih tracking yang dibutuhkan oleh tim pendaki, apabila ditambahkan oleh waktu istirahat di setiap posnya maka lamanya waktu pendakian adalah 11 jam 40 menit.

Rekomendasi Bagi Pendakian Selanjutnya

  • Apabila ingin menuju ke Gunung Slamet, disarankan menggunakan transportasi umum saja, tetapi apabila ingin menggunakan kendaraan pribadi, pastikan kondisi kendaraan dalam keadaan prima karena jalan yang jauh serta dalam kondisi buruk dan berlubang. Pastikan juga pengemudi cukup istirahat dan tidak mengantuk.
  • Sebelum melakukan pendakian Gunung Slamet, jauh lebih baik apabila latihan fisik terlebih dahulu, karena jalur pendakiannya yang cukup berat
  • Hampir di setiap pos ditemukan warung milik warga yang menjual berbagai makanan, disarankan agar tidak terlalu banyak makan dan minum selama perjalanan karena justru akan melemahkan fisik pendaki
  • Sebelum melakukan pendakian, periksa prakiraan cuaca setempat, tempat camping yang cukup luas dan bagus berada di pos 3, 5, dan 7, tetapi apabila tidak memungkinkan bisa menggunakan lahan datar di sepanjang jalur pos 1-5, kalau sudah melewati pos 5 sebaiknya mendirikan camp di pos 7 saja
  • Tidak perlu membawa jerigen untuk menampung air yang digunakan untuk memasak, karena di pos 5 ada sumber air berupa sungai yang bisa dimanfaatkan airnya
  • Saat mendaki hanya ada satu jalur, tetapi harus berhati-hati saat turun karena ada percabangan menuju jalur pendakian lain di dekat pos 6 dan pos 3
  • Summit attack sebaiknya jangan membawa logistik yang berat, cukup 1 carrier saja per rombongan, karena jalur yang berbahaya, dalam pendakian dari Plawangan menuju puncak sebaiknya bergerak di beberapa jalur yang berbeda serta harus senantiasa memperingatkan sesama karena rawan jatuhan batuan

——-Terima Kasih——-

7

 “Why i’m in love with hiking? Cause after struggling for hours to the peak, aches on your knees and feets, and hands that couldn’t stop freezing, suddenly you’ll struck by these kind of view and finally on that short period of time you’ll feel ALIVE”

~Gembus~

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.