Satu program kerja dari divisi caving magmagama ialah eksplorasi gua vertikal. Eksplorasi gua kali ini dilaksanakan pada hari sabtu-minggu 6-7 Oktober 2018 di desa Girimulyo, Kec. Panggang, Kab. Gunungkidul dengan koordinat 49M 0437964/9110907 pada elevasi 170 mdpl (Gua Bluwungan) dan 49M 0438028/9110225 pada elevasi 264mdpl (Gua Greseng). Kegiatan awal dari eksplorasi ini dengan survei awal berupa pengecekan mulut gua dan wawancara warga sekitar, pada awalnya didapatkan 3 mulut gua. 2 mulut gua berupa lubang tunggal dan satunya berupa rekahan yang memanjang. Bersamaan dengan survei awal mulut gua, tim juga melakukan pencarian basecamp sebagai tempat tinggal selama eksplorasi.
Keberangkatan tim eksplorasi hari pertama terdiri dari Telo25, Palawa26, Junub26, Seblak26, Sluencoh26, dan Pejyu27. Susunan tim ialah yang bertindak sebagai rigging man ialah Seblak26 dan asistennya Sluencoh26, shooter Telo25, stationer Junub26, descriptor Palawa26, dan sketcher Pejyu27. Semua anggota tim sampai di basecamp pada sekitar pukul 23.00, setelah itu istirahat sampai pagi. Kegiatan dimulai sekitar pukul 05.00 yakni bangun dan beribadah bagi yang muslim. Kemudian bersih bersih dan sarapan. Setelah itu persiapan alat alat standar dalam berkegiatan di gua. Target dari eksplorasi kali ini yaitu pemetaan gua. Rencananya eksplorasi dan pemetaan akan dilakukan sepanjang hari, jika gua pertama yang dieksplorasi dan dipetakan selesai maka akan dilanjutkan dengan gua kedua.
Persiapan masuk gua
Lokasi eksplorasi gua petama berlokasi di Gua Bluwungan. Lokasi mulut gua yang akan dieksplorasi sekitar 100 meter arah utara dari basecamp. Secara morfologi, lokasi mulut gua berada pada lembah diantara bukit karst. Perjalanan ke mulut gua memakan waktu sekitar 5-10 menit dengan berjalan kaki. Sesampainya di lokasi, semua alat alat penelusuruan gua dikeluarkan dan digantung pada webbing yang diikatkan pada 2 batang pohon. Rigging man dan asisten mulai membuat anchor atau tambatan pada batang pohon. Yang pertama memasuki lorong vertikal gua yakni Seblak disusul oleh Sluencoh. Lorong vertikal pertama mempunyai kedalaman sekitar 5 meter. Sluencoh dan Seblak membuat lintasan dengan variasi intermediet dan polosan. Sementara itu tim yang melakukan pemetaan mulai bekerja. Setelah lintasan selesai, yang lain mulai masuk yakni Palawa26, Junub26, Pejyu27, dan Telo25. Yang menarik dari lorong vertikal ini ialah dindingnya yang terkesan disusun oleh manusia karena keteraturan batuannya.
Kenampakan pitch 1 dari dasar gua
Di lorong horizontalnya, tim pemetaan melanjutkan pekerjaannya. Selain melakukan pengukuran lorong gua, dilakukan pula pendataan ornamen gua seperti stalaktit, flowstone namun semuanya dalam keadaan tidak hidup lagi. Di ujung lorong horizontal terdapat lorong vertikal lagi dengan kedalaman yang tidak diketahui. Beberapa orang dari tim berusaha untuk menebak kedalaman lorongnya dengan menjatuhkan batu dan menghitung waktunya kemudian dengan rumus fisika menghitung kedalamannya. Rigging man dan asistennya kembali memutar otak untuk menentukan tempat untuk memasang anchor dan lintasan yang akan dibuat. Sempat menunggu beberapa lama, akhirnya lintasan dan tambatannya telah jadi. Anchor dibuat pada batu yang terjepit pada dinding lorong vertikal dan lintasannya berupa intermediet. Dan setelah diukur kedalamannya menggunakan distometer yaitu sekitar 40 m.
Seperti biasa Sluencoh dan Seblak turun terlebih dahulu. Sluencoh yang pertama kali turun membutuhkan waktu beberapa lama, tim yang berada di atas sering berteriak menanyakan apakah sudah sampai di dasar lorong. Disusul kemudian dengan urutan turunnya seperti saat turun di lorong vertikal pertama. Sesampainya di dasar gua, pengukuran kedalaman lorong vertikal dilakukan dengan distometer leica dan didapatkan angka sekitar 40 meter. Dasar gua berupa chamber dengan kondisi berlumpur. Pada chamber ini terdapat berbagai ornamen yang masih hidup seperti stalagmit, flowstone, stalaktit dengan ukuran yang besar. Pada sisi sisi chamber terdapat cerukan dengan kedalaman yang berkisar 10 meter. Namun, karena tambatan untuk membuat lintasan kurang, maka diputuskan untuk tidak mengeksplornya. Semua tim sampai di dasar gua pada pukul 14.00, tim beristirahat dan sembari mengambil gambar.
Kenampakan pitch 2 dari dasar gua
Setelah satu jam, tim mulai naik kembali ke permuaan yang diawali kembali oleh Sluencoh dan terakhir oleh Seblak. Perjalanan menelusuri kembali lorong vertikal terasa berbeda dengan ketika turun. Ketika turun terasa begitu cepat, namun ketika naik perjalanan menjadi sangat lama bahkan sampai bisa melihat detail dari dinding lorongnya. Biota biota gua seperti laba laba, jangkrik, kelelawar, dan serangga lain terlihat menempel pada lorong lorong di dinding lorong vertikal. Perasaan was was dan khawatir mengisi relung kepala membayangkan sesuatu akan terjadi dengan lintasan talinya, namun hal itu harus dikesampingkan agar perjalanan naik bisa berjalan lancar. Orang yang terakhir naik yaitu Seblak yang bertugas untuk cleaning semua peralatan dan tali yang dipakai. Tim berhasil kembali ke permukaan pada sekitar pukul 17.00 dan semua peralatan penelusuran gua telah di-packing kembali ke dalam tas.
Kegiatan eksplor gua kedua dimulai sekitar pukul 05.30 yakni bangun dan bersiap-siap. Sampai selesai persiapan sekita pukul 08.00 dan kemudian kegiatan selanjutnya sama seperti hari pertama yang membedakan dari eksplor gua kedua yaitu tim yang masuk gua berjumlah 7 orang yaitu Lutung27(shooter),Doby27(descriptor),Hilih27(sketcher),Telo25(stationer),Sluencoh26(assistant rigging), Bantol26(Rigging man), dan Tomy (eksternal MAGMAGAMA), sedangkan yang bertugas sebagai land team berjumlah 2 orang, yaitu Seblak26 dan Peyju27. Target dari eksplorasi ini pun yaitu pemetaan gua.
Lokasi ekplor gua kedua yaitu berada di Gua Greseng. Secara morfologi, sama seperti lokasi mulut gua pertama pada mulut gua ini pun berada pada lembah diantara bukit karst. Perjalanan ke mulut gua memakan waktu sekitar 5 menit dengan sepeda motor. Sesampainya di lokasi, sama seperti eksplor gua pertama, yaitu semua alat-alat penelusuruan gua dikeluarkan dan digantung pada webbing yang diikatkan pada 2 batang pohon. Rigging man (Bantol26) dan asisten(Sluencoh26) mulai membuat anchor atau tambatan pada batang pohon. Yang pertama memasuki lorong vertikal gua yakni Bantol disusul oleh Sluencoh. Lorong vertikal pada Gua ini hanya ada satu tidak seperti pada gua sebelumnya yang memeiliki multipitch. Bantol dan Sluencoh membuat lintasan dengan variasi deviasi dan polosan. Sementara itu tim yang melakukan pemetaan mulai bekerja. Setelah lintasan selesai, yang lain mulai masuk. Yang menarik dari gua ini adalah tidak terdapatnya lorong horizontal ataupun chamber gua, tetpai yang terdapat hanyalah sebuah lubang gua saja yang mungkin dikarenakan proses pelarutan yang belum begitu intens kebagian samping, sehingga tidak didapatkan kemenerusan lorong horizontal ke samping-samping pada gua nya.
Kenampakan pitch dari atas gua
Setelah kegiatan pemetaan telah selesai sekitar pukul 12.30, tim mulai naik kembali ke permukaan yang diawali kembali oleh Bantol dan terakhir oleh Telo. Sama seperti pada gua pertama biota-biota gua seperti laba-laba, jangkrik, dan serangga lain terlihat menempel pada lorong lorong di dinding lorong vertikal. Namun, dikarenakan pada hari sebelumnya sudah merasakan hal yang sama jadi perasaan was was dan khawatir sudah berkurang dan ditambah dengan kedalaman gua yang tidak sedalam pada gua pertama. Tim berhasil kembali ke permukaan pada sekitar pukul 13.30 dan semua peralatan penelusuran gua telah di-packing kembali ke dalam tas.
Berikut merupakan hasil dokumentasi yang didapatkan selama eksplor gua hari pertama dan kedua baik di dalam gua, pasca pemetaan, maupun di basecamp bersama pemilik rumah:
Kenampakan laba-laba di Gua
Fotografi Gua
Pasca pemetaan hari-1
Pasca pemetaan hari-2
Basecamp bersama pemilik rumah