“Wacaraung”
Pendakian Gunung Raung Via Kalibaru
Gunung Raung merupakan gunung api aktif yang berada di wilayah 3 Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yakni Kabupaten Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso. Pendakian Gunung Raung dilakukan melewati jalur Kalibaru, dibagian selatan lereng gunung dan masuk ke dalam wilayah Kabupaten Banyuwangi. Kendati jalur Kalibaru bukan merupakan jalur resmi pendakian, namun pendakian jalur ini tidak pernah sepi peminat. Pada Jalur Kalibaru, terdapat 9 pos di sepanjang jalur pendakian namun tidak terdapat sumber mata air. Terdapat 4 puncak yakni Puncak Bendera, Puncak 17, Puncak Tusuk Gigi, dan Puncak Sejati. Puncak Sejati merupakan puncak tertinggi Gunung Raung dengan ketinggian 3344 mdpl. Di akhir tahun 2018, Tim Wacaraung, yang beranggotakan bolong, gembus, bajaj, uenak, telo, junub, peyek, gambris dan tenot, melakukan sebuah pendakian yang telah dipersiapkan sepanjang tahun menuju Gunung Raung.
28 Desember 2018
Anggota tim Wacaraung menempuh lebih dari 13 jam perjalanan menggunakan kereta api untuk sampai di stasiun Kalibaru. Kami sampai di stasiun sekitar pukul 20.00 dan telah ditunggu oleh ojek yang siap mengantarkan kami ke basecamp. Perjalanan menggunakan ojek sekitar 30 menit melewati perkampungan dan perkebunan sebelum sampai di basecamp. Tim Wacaraung menempati basecamp milik Cak Ali, yang juga sebagai salah satu guide kami selama pendakian kali ini. Setelah istirahat sejenak, kami kemudian briefing dengan Mas Nugi selaku koordinator. Selepas itu, kami pun segera beristirahat sebelum memulai pendakian besok pagi.
29 Desember 2018
Pukul 06.00 kami bergegas menuju Basecamp induk untuk registrasi dan bersiap. Perjalanan dimulai dengan menggunakan jasa ojek dari basecamp induk menuju Pos 1 karena memang cukup jauh apabila ditempuh dengan berjalan kaki. Perjalanan memakan waktu sekitar 45 menit. Pos ini lebih terkenal dengan sebutan Pos Pak Sunarya. Pos ini merupakan sebuah warung kopi kecil milik Pak Sunarya yang berada di tengan kebun kopi dan menjadi titik start kami berjalan menuju puncak sejati. Berjalan sekitar 2 jam 30 menit, kami sampai di pos 2 pada pukul 10.08. Jalan yang kami lalui memiliki vegetasi kebun kopi pada awalnya dan kemudian mulai bercampur dengan tanaman tanaman hutan. Topografi juga masih cenderung landai dn aman. Kami melanjutkan pendakian hingga sampai di Pos 3 pada pukul 11.15 dan di pos 4 pada pukul 12.20. Jalan yang kami lalui mulai menanjak sehingga tim mulai kelelahan. Akhirnya kami memutuskan untuk berhenti sejenak untuk beristirahat, sholat, dan makan siang. Vegetasi spanjang perjalanan mulai berganti dari tanaman kopi menjadi pohon hutan – pohon rindang yang cukup lebat. Terdapat pula tanaman – tanaman berduri yang perlu diwaspadai agar tidak melukai badan. Pada pukul 13.14 kami melanjutkan perjalanan dengan jalan semakin menanjak menuju pos 5. Akhirnya sampai pada pukul 14.25. Satu-satunya anggota wanita tim Wacaraung, Princces Uenak, mengalami kelelahan dan kurang enak badan sehingga kami memutuskan untuk membagi rombongan menjadi dua. Rombongan awal memiliki tugas untuk mendirikan tenda dan mempersiapkan makan malam di pos 7 nanti. Kami mulai berjalan kembali pada pukul 14.30 dan sampai di pos 6 pada pukul 15.40.
karena dirasa kondisi uenak semakin buruk, kami rombongan akhir membagi barang bawaan uenak agar tidak terlalu memberatkan. Jalan mulai menakjak dan mulai gelap, dan pada akhirnya pukul 20.00 kami sampai di pos 7, lokasi kami bermalam sebelum muncak esok hari. Cuaca sepanjang hari pertama pendakian cukup bagus dan cerah berawan. Hari itu kami tutup dengan makan malam sebelum kami beristirahat.
30 Desember 2018
Rencananya kami akan melakukan perjalanan menuju puncak sejadi pada pukul 04.00 di hari kedua pendakian. Namun cuaca kurang mendukung dikarenakan cuaca cukup berangin dan hujan gerimis. Akhirnya kami pun memutuskan untuk masak sarapan pagi. Kami beruntung karena cuaca berangsur membaik sehingga kami dapat melakukan perjalanan. Sayangya, uenak memutuskan untuk tidak ikut melanjutkan perjalanan walaupun telah dibujuk berkali-kali. Uenak memilih untuk beristirahat dan menjaga barang bawaan yang kami tinggal di pos 7.
Dengan membawa barang bawaan yang dirasa perlu, tim Wacaraung berangkat pada pukul 06.19 menuju pos 8. Jalan yang kami lalui cukup terjal sehingga kami harus selalu waspada. Setelah 1 jam, akhirnya kami sampai di pos 8. Setelah beberapa menit kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju pos 9. Tim sampai di pos 9 sekitar pukul 08.10. Pada pos ini kami mulai memakai alat pegaman berupa tali webbing sebagai seat harness dan helm.
Setelah selesai, kami kembali mendaki hingga sampai di puncak bendera pada pukul 09.00. Puncak bendera merupakan salah satu puncak Gunung raung dan sebagai batas vegetasi di jalur Kalibaru. Cuaca saat kita sampai di puncak bendera berawan dan berangin serta sesekali diselimuti kabut yang cukup tebal. Jalan yang kami lalui mulai sempit dan berbatu.
Jam 10.18 kami sampai di jembatan Sirotolmustakim, trek sempit yang terkenal dan dihimpit oleh dua jurang di kanan dan kirinya. Kami mulai menggunakan alat bantu berupa tali karmentel di beberapa titik untuk membantu kami melewati jalan yang terjal. Karena jalan yang kami lalui cukup sempit, kami harus mengantri saat melewati jalan tersebut. Sampai kami di suatu titik dimana jalan mulai terjal dan berbatu. Tanjakan ini cukup panjang dan berbahaya mengingat batu bisa saja jatuh dan melukai rombongan. Dan pada akhirnya kami sampai di puncak sejati pada pukul 12.12.
Kami disambut oleh kawah gunung Raung yang mengagumkan. Cuaca cukup bersahabat dan sesekali kabut hilang sehingga kami dapat mengambil foto. Kami dan pendaki lain tampak senang karena pada akhirnya sampai di puncak sejati dengan selamat. Kami istirahat sembari makan makanan kecil yang kami bawa serta menikmati pemandangan dari puncak Sejati gunung Raung.
Pukul 13.30 kami memutuskan untuk turun ke Pos 7 supaya tidak kemalaman di jalan kami kembali. Kami sampai di pos 7 pukul 17.11 dan langsung bersiap untuk masak-masak. Secara garis besar kami senang dengan perjalanan hari ini. Pendakian dapat berjalan dengan lancar dan yang pasti kami tidak basah karena kehujanan, mengingat bulan Desember adalah bulan basah, salah satu kekhawatiran dan pertimbangan kami sebelum melakukan pendakian. Setelah masak, makan dan berbincang ringan pada malam itu, kami pun memutuskan untuk beristirahat sebelum turun gunung pada esok hari.
31 Desember 2018
Bangun pagi sekitar pukul 07.00 kami bergegas mempersiapkan sarapan sembari packing barang kami sebelum turun. Setelah sarapan dan menyelesaikan packing, tidak lupa kami membersihkan dan membawa sampah di pos 7 turun. Pukul 08.54 kami mulai perjalanan turun gunung. Melewati pos 6 dan 5, kami termasuk cepat namun semakin turun perjalanan sedikit membosankan karena jalan yang kami lalui relatif landai sehingga waktu perjalanan cukup lama. Di pos 2 akhirnya kami basah karena gerimis mengguyur kami namun kami bersyukur karena gerimis terjadi setelah kami turun gunung. Pukul 15.05 kami sampai di pos Pak Sunarya. Sembari berteduh dan beristirahat, kami dijamu dengan kopi panas dan jambu air. 15.15 kami kemudian naik ojek dan turun menuju basecamp cak Ali. Kami sampai pada pukul 15.45. Badan kami letih dan lemas karena kelelahan dan basah. Tiba – tiba dihampiri bapak penjual bakso keliling dan tanpa basa basi kami memesan bakso biar hangat badan kami. Kami ingin segera membersihkan diri namun tampaknya ramai sekali yang mengantri kamar mandi. Oleh karena itu, kami memutuskan untuk mandi di sungai dekat basecamp cak Ali. Sungai ini juga sudah biasa digunakan mandi oleh para guide setelah turun gunung. Kami juga sekalian mencuci barang kami seperti sepatu dll. Kami akhirnya dapat beristirahat dengan nyaman. Malam itu kami habiskan dengan tidur – tidur karena kami sangat lelah dan letih. Ibu basecamp sangat, baik hati, kami selalu diberi suplai kopi dan teh panas selama kami di basecamp. Sesekali juga kami diberi makanan ringan agar kopinya ada temannya. Kami menikmati suguhan itu sembari kami berbincang malam itu.
1 Januari 2018
Esok harinya kami habiskan untuk bermalas – malasan di basecamp karena kami masih kelelahan. Kami memiliki rencana untuk pergi ke air terjun Tirto Kemanten yang berada tidak jauh dari basecamp. Perbincangan ini cukup lama dilakukan pada pagi itu hingga pada akhirnya kami putuskan untuk berjalan kaki menuju air terjun itu. Setelah berjalan sekitar 30 menit, akhirnya kami sampai di sana pada sekitar pukul 15.00. Sebetulnya air terjun ini cukup bagus dengan aliran air yang jernih dan sampah yang relatif sedikit di aliran air. Walaupun malu-malu pada awalnya, kami akhirnya terjun juga di bawah aliran air terjun. Sungguh segar aliran air terjun Tirto Temanten.
Namun fasilitas disekitar air terjun kurang terawat dengan baik dan sempat terjadi pula tanah longsor di jalan menuju air terjun. Bekas longsoran tersebut nampaknya belum dibersihkan oleh warga sekitar. Hal tersebut membuat objek wisata ini sepi pengunjung. Setelah puas, kami akhirnya kembali ke basecamp cak Ali.
Pada malam hari, kami melakukan evaluasi dan bedah anggaran di dalam basecamp sembari menyeruput kopi panas yang tersedia. Di tengah perbincangan, salah seorang warga mengajak kami untuk bakar-bakar menyambut tahun baru 2019. Setelah selesai evaluasi kami kemudian langsung bergabung dengan warga yang berkumpul di depan basecamp cak Ali. Kehangantan sangat terasa bukan hanya dari api unggun yang menyala tetapi juga dari sambutan warga sekitar yang sangat ramah. Kami secara bergantian memegang 2 ekor ayam kampung yang dibakar. Sembari menunggu ayam matang, kami berbincang-bincang untuk lebih menghangatkan suasana. Setelah ayam matang, kami dan warga langsung makan besar ditemani nasi panas dan sambal buatan ibu basecamp yang sangat nikmat. Malam itu menjadi malam pergantian tahun baru yang berkesan dan akan selalu diingat kami. Setelah menghabiskan santapan malam itu, kami dan teman – teman guide berbincang sembari bermain ceki sampai dini hari. Sebuah kegiatan yang cukup unik untuk mengawali resolusi di tahun yang baru.
2019
Tanggal 1 januari 2019, setelah sarapan pagi kami merapikan tempat kami beristirahat. Setelah itu kami berpamitan kepada warga sekitar dan berfoto bersama untuk mengabadikan perpisahan kami di hari itu. Kami kemudian diantarkan ke stasiun Kalibaru menggunakan ojek sekitar. di stasiun itu kami berpisah dengan kawan kami, Gembus, karena dia menuju gunung Ijen untuk mengambil data TA. Petualangan tim Wacaraung ditutup dengan perjalanan kereta api yang panjang menuju Kota Yogyakarta.
Tim Wacaraung mengucapkan puji syukur kepada Tuhan YME karena tim Wacaraung dapat melaksanakan kegiatan dengan lancar dan aman. Terimakasih juga kepada Magmagaga dan teman – teman lain yang telah memberikan doa dan dukungannya serta terima kasih kami ucapkan kepada cak Ali sekeluarga dan para warga karena telah menerima kami dengan sangat baik. Mountaineering OYE!
Penulis: Romadhony Fajar T.
Editor: Afghan Bagas I.