PENDAKIAN GUNUNG SLAMET VIA BAMBANGAN

Gunung Slamet merupakan gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa. Dengan ketinggian 3428 mdpl, gunung ini memiliki julukan sebagai atap Jawa Tengah. Banyak pendaki yang memutuskan untuk menaklukan gunung ini. Jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan pada akhir pekan pun ramai oleh para pendaki.

Dengan keramaian tersebut, tentunya pihak pengelola dari pendakian Gunung Slamet tidak ingin menimbulkan adanya cluster baru penyebaran COVID-19. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, pihak pendakian memberikan syarat kepada para pendaki untuk membawa surat keterangan sehat untuk pendaki yang mana masih satu provinsi. Untuk para pendaki dari luar provinsi diharapkan melakukan rapid-test dan membawa surat hasil pemeriksaan tersebut.

Kami rombongan dari Yogyakarta dengan sebelas orang menuju basecamp berangkat pukul 15.30 WIB. Perjalanan ke basecamp pada Maps menempuh waktu sekitar 5 jam. Dengan melewati sekitar 3-4 kabupaten/kota antara lain: Magelang, Wonosobo, Banjarnegara dan Banyumas. Namun, pada kenyataannya, perjalanan menghabiskan waktu 9 jam, dimana hal itu terjadi karena kondisi jalan yang licin, gelap, berliku dan berlubang sehingga kami harus extra pelan-pelan agar tetap safety. Kendala lain seperti ban bocor pun tak lupa ikut serta. Hingga akhirnya sekitar pukul 00.30 rombongan kami baru sampai di basecamp Bu Kuat.

Munculnya fajar dengan balutan suasana yang dingin membangunkan kami, seakan menyuruh untuk bergegas bangun dan bersiap-siap untuk menaklukan puncak Gunung Slamet. Pukul 05.00 pagi, semua bangun dengan keadaan yang semangat tentunya. Semua pun sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang merapikan barang, memutar music, beribadah, hingga buang hajat. Seringkali orang menyepelekan buang hajat. Sedikit tips dan trik untuk kalian yang akan mendaki, usahakan untuk membuang hajat terlebih dahulu sebelum tracking. Hal itu dilakukan agar tidak mengganggu perjalanan kalian.

Setelah semua siap, semua bergegas mengisi energy dengan sarapan. Yang menarik dari menu di basecamp pendakian Gunung Slamet adalah tempe goreng khas Purbalingga yang digoreng dengan tepung berwarna putih dengan sedikit potongan muncang. Tempe goreng ini cukup menarik karena dia tetap crispy dan renyah ketika suasana dingin yang membuat badan menggigil.

Tepat pukul 07.00 pagi, registrasi di pendakian Gunung Slamet dibuka. Untuk administrasinya sendiri nanti para pendaki dimohon untuk membayar SIMAKSI sebanyak Rp.20.000 per pendaki. Selain itu, untuk ketua rombongan diharapkan menyerahkan kartu identitas sebagai identitas kelompok. Nah, setelah regis, nantinya kita akan mengisi daftar barang bawaan yang dibawa, seperti gas, kompor, logistik, dan yang lainnya.

Setelah bagian administrasi beres, semua pun bersiap. Untuk keberangkatan sendiri, rombongan kami dibagi menjadi dua kloter. Kloter pertama berisikan 5 orang yang akan berangkat terlebih dahulu dengan tujuan untuk mencari tempat untuk ngecamp. karena pendakian ramai banget guys! Kloter kedua berisi 6 orang nantinya bakal melakukan plotting di banyak titik selama pendakian untuk membuat peta jalur pendakian.

Kloter pertama berangkat duluu! Eh, sebelumnya foto dulu yuk, chees!!

Rombongan kedua berangkat selang 30 menit dari kloter pertama. Sebelum berangkat, kami briefing terlebih dahulu. Pembagian tugas selama tracking didiskusikan pada saat itu juga. Ada yang bertugas untuk mengeplot di GPS, mencatat plotting untuk back-up dan bagian dokumentasi. Setelah semua beres, kami mulai melangkah dengan penuh semangat untuk menaklukan puncak Gunung Slamet.

BASECAMP – POS 1

Saat keluar dari gapura Bambangan, terlihat tukang ojek yang berjejer menawarkan jasanya. Namun karena kami merupakan pendaki yang tangguh, kami memutuskan untuk “gak dulu” untuk jasa ojek yang ada. Langkah pertama kami mulai dipijak, terlihat hamparan kebun milik warga lokal yang sedang tumbuh berada di kanan dan kiri jalan. Perkebunan tersebut sangatlah beragam, ada kol, muncang, bayam hingga strawberry. Hijaunya dedaunan menyejukkan mata sekali. Semesta, kau sangat indah! 🙂

Setelah melewati perkebunan warga, nantinya akan sampai kita di Pos Ojek. Jadi, Ojek yang ada di awal Gapura tidak mengantar para pendaki hingga Pos 1, hanya sampai Pos Ojek saja yang jaraknya tidak terlalu jauh dari gapura. Untuk biaya ojek nya sendiri sekitar 15-20 ribu rupiah. Setelah melewati Pos Ojek, tracking menuju puncak sudah mulai dengan vegetasi tertutup dengan kenampakan pohon hutan yang tinggi dengan jalan sudah tanah, bukan cor-coran seperti area perkebunan warga.

Jarak menuju Pos 1 pada selebaran yang diberikan oleh pihak pengelola pendakian merupakan jarak terpanjang antar Pos. Pada perjalanan awal, nantinya akan ditemukan sebuah sungai kecil yang dialiri air dengan debit yang kecil dan tidak berbahaya. Setelah itu, tracking menuju Pos 1 didominasi dengan tanjakan yang curam. Untuk pemula mungkin ini termasuk tracking yang cukup berat, karena jalan yang ada benar-benar curam. Jalur pendakian ini pure dari tanah, tidak ada campuran dengan batu. Jadi untuk kalian yang akan mendaki di musim hujan harap berhati-hati karena jalan akan sangat licin, guys!

Suara nafas yang mulai terengah-engah pun mulai terdengar di telinga. Perjalanan menuju Pos 1 sangatlah melelahkan, namun sebagai mapala yang kuat, kami pantang menyerah sebelum bertemu Pos 1. Semakin jauh perjalanan ternyata sangat menantang trackingnya teman-teman! Jalur pendakian benar-benar curam dan menanjak. Namun, saat mengembalikan badan, semua lelah terbayar oleh pemandangan yang indah dengan balutan kabut yang sangat cantik.

Setelah melalui perjalanan yang panjang dan curam, kami melihat ada warung milik warga lokal, betapa senangnya hati kami. Kami mengira bahwa itu adalah Pos 1. Namun, ternyata itu adalah Pos Bayangan 1. Kami pun merasa sedikit kecewa. Dari basecamp hingga Pos Bayangan 1 membutuhkan waktu sekitar 1 jam 48 menit. Karena baru saja kami istirahat, kami pun memutuskan untuk tidak berhenti di Pos Bayangan tersebut. Kami melanjutkan perjalanan kami dengan semangat yang membara.

Tracking pada Pos Bayangan menuju Pos 1 masih sama, yaitu curam dan menanjak. Di saat pendakian, kami bertemu dengan banyak pendaki, dari masing-masing kami pun saling sapa dan memberikan semangat. Menghabiskan waktu akhir pekan untuk menaklukan puncak Gunung Slamet mungkin menjadi alternatif untuk mereka melepas penat dari hiruk pikuknya dunia. Kami pun secara bergantian berjalan menyusuri jalur pendakian.

Setelah melewati tracking yang panjang, akhirnya kami sampai di Pos 1 (Pondok Gembirung) berada pada ketinggian 1937 mdpl. Dari Pos Bayangan 1 hingga Pos 1 kami menghabiskan waktu sekitar 45 menit. Jika diakumulasikan, maka dari basecamp hingga Pos 1 kami menghabiskan waktu sekitar 2,5 jam. Di Pos 1 ini terdapat beberapa gubuk milik warga lokal yang dijadikan sebagai warung. Terdapat berbagai menu yang disajikan seperti mendoan, es nutrisari, kopi, susu hingga yang paling menyegarkan adalah buah semangka. Buah ini menjadi primadona pada pendakian Gunung Slamet karena saat disantap benar-benar menyejukkan tenggorokan. Rasanya, ahh mantap!

POS 1 – POS 2

            Setelah beristirahat kurang lebih 15 menit, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pos 2. Tidak jauh dari Pos 1, nanti akan ada persimpangan jalan, karena memang kesalahan kami yang tidak bertanya kepada pendaki lain/warga lokal, kami pun memilih jalan yang medannya sulit 🙂 Jika kalian menemukan persimpangan ini, pilih jalur yang kanan ya teman-teman! Karena jalur ini lebih friendly dan enakeun. Semakin ke atas, medan yang kami lalui semakin sulit! Sedikit gerimis mengguyur bumi, hingga membuat jalur pendakian sedikit licin. Harus extra hati-hati ya guys, karena jalur ini benar-benar tanah yang jika terkena air akan membuat kita mudah terpeleset.

Jalan yang sedikit licin dengan medan yang sangat curam dan menanjak benar-benar membuat kami harus bersabar. Jalur yang ada terkadang terlihat seperti jalan air (selokan) yang terdapat tapak kaki yang mana itu merupakan bekas langkah dari pendaki lain. Pokoknya, harus extra hati-hati ya guys!

Setelah melewati jalan yang licin, sampailah kami di Pos 2. Pos 2 (Pondok Walang) berada di ketinggian 2256 mdpl. Dari Pos 1 hingga Pos 2 menghabiskan waktu sekitar 2,5 jam. Sama halnya dengan Pos 1, di pos ini terdapat gubuk-gubuk warga lokal yang berjualan makanan dan minuman. Untuk Pos 2 ini belum bisa dibuat tempat camp ya teman-teman.

Sambil istirahat, kami pun masih berupaya menghubungi kloter pertama dengan menggunakan HT. Namun apa daya, HT yang kami bawa tidak dapat tersambung dengan HT milik kloter pertama. Harap-harap cemas dari kami agar bisa bertemu dengan kloter pertama. Karena bahan makanan kebanyakan berada di kloter pertama 🙁

POS 2 – POS 3

            Setelah istirahat dan beribadah, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Hujan deras pun mengguyur jalur pendakian. Kami putuskan untuk memakai ponco. Sangat riweuh ketika kami harus tracking dengan jalur yang menanjak dan curam menggunakan ponco, karena itu lah ada beberapa dari kami yang memutuskan untuk memakai korsa dan topi saja. Eits, tapi jangan ditiru ya teman-teman! Karena hal tersebut tidak safety.

Setengah perjalanan telah kami lalui, sampailah kami di Pos Bayangan 2. Pada Pos ini terdapat satu gubuk/warung yang tidak terlalu ramai. Di Pos ini juga terdapat persimpangan dua jalur pendakian, yaitu pendakian via Bambangan Kabupaten Purbalingga dengan jalur pendakian Dipajaya Kabupaten Pemalang. Diharapkan teman-teman pendaki jangan sampai keliru ya saat memilih jalur pendakian.

Saat semua sudah bersiap, kami pun melanjutkan perjalanan. Jalur pendakian menuju Pos 3 masih sama, masih menanjak dan curam. Saat kami berjalan, tanpa disadari terdapat hewan lokal hutan ini yang sangat menggemaskan. Ada lutungnya guys! Lucu sekali, mereka bergelantungan kesana kemari di ranting pohon. Kami pun berusaha untuk mengambil gambar dari hewan yang imut ini, namun karena jarak pandang yang jauh dan lutung yang tidak mau diam, gambarnya belum bisa kami tampilkan 🙁

Langit mulai teduh dan kami belum mendapatkan kabar dari kloter pertama. Was-was sekali. Takut jika kami tidak dapat camp pada satu area yang sama.

Dengan langkah yang mulai melambat, kami dari jarak jauh melihat warna-warni dome dan suara berisik. Wah, senangnya hati ini. Itu Pos 3! Pada area ini, Pos 3 (Pondok Cemara) berada pada ketinggian 2510 mdpl. Dari Pos 2 hingga Pos 3 menghabiskan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Saat beristirahat di gubuk warga, kami sambil melihat sekitar, siapa tau kami dapat menemukan dome milik kloter pertama. Namun sayangnya, pada sekitaran tempat kami beristirahat, tidak ditemukan dome yang kami cari. Mas Reza, Mas Aldo, Mbak Regina, Mbak Berli, Mbak Nadhifa, kalian di mana??!

Saat sedang beristirahat, tiba-tiba kami melihat Mas Aldo! Wah senang dan leganya. Ternyata kloter pertama pun membangun camp di Pos 3. Akhirnya kami bergegas kesana dan membangun camp.

Dome yang kami bawa terlalu besar, kurang sedikit pas jika dibangun di area Camp di Pos 3. Namun, dome yang layak hanyalah dome tersebut, jadi kami pun tidak terlalu menyesali hal tersebut.

Pos 3 merupakan camp area pertama yang dapat digunakan oleh para pendaki untuk membangun tenda. Pada Pos ini juga terdapat mata air yang dapat dimanfaatkan. Untuk kalian yang kekurangan air, bisa ambil di Pos 3 ya! Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya 3 menit jalan kaki dari warung warga.

Setelah dome kami dibangun, lalu kami merapikan barang dan memasak. Menu kali ini adalah soto nugget. Hawa dingin di Gunung Slamet hilang oleh hangatnya kuah soto. Hmm enaknya! Setelah semua makan dan merapikan barang, semua pun lanjut beristirahat untuk bangun pagi dan summit.

POS 3 – POS 4

            Pukul 01.00 pagi, semua bangun dan bersiap untuk menuju puncak Gunung Slamet. Kami memutuskan untuk summit di dini hari agar tidak menurunkan mental kami. Sebelum berangkat, kami lakukan briefing dan doa terlebih dahulu. Untuk summit, kami jadikan satu kloter yang berisi 10 orang. Salah satu teman kami tidak bisa ikut summit karena ada suatu halangan. Semua siap, lalu kita pun berangkat.

Perjalanan menuju Pos 4 (Samaranthu) menghabiskan waktu sekitar 45 menit dengan ketinggian 2688 mdpl. Menurut kepercayaan warga lokal dan para pendaki lain, Pos ini memiliki cerita mistis yang membuat buluk kuduk merinding. Untuk kalian para pendaki, diusahakan untuk tidak membangun camp di Pos ini ya! Karena dari pihak basecamp pun tidak memperbolehkan. Tracking menuju Pos 4 masih menanjak dan curam. Nantinya kalian pun akan melewati jalan seperti lorong. Gelap dan sempit.

POS 4 – POS 5

            Kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dan segera meninggalkan Pos 4. Perjalanan setelah Pos 4 dilalui dengan jalan lorong yang sempit, dengan vegetasi tertutup berupa pohon yang besar dan tinggi serta semak-semak belukar. Setelah melakukan perjalanan selama 55 menit, akhirnya kami sampai di Pos 5 (Samyang Rangkah) pada ketinggian 2795 mdpl.

Pada Pos 5 ini ramai sekali para pendaki yang membangun camp. Area ini sangat ideal untuk membangun camp karena jaraknya juga tidak terlalu jauh dari puncak. Pos 5 lebih luas dari Pos 3. Di sekitar area camp juga terdapat gubuk milik warga lokal yang menyediakan makanan dan minuman. Nampaknya warung disini berjualan 24 jam nonstop. Karena memang pada akhir pekan jalur pendakian sangatlah ramai, sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan.

 POS 5 – POS 6

            Setelah dirasa istirahatnya cukup, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pos 6. Jalur pendakian menuju Pos 6 lebih menanjak dari jalur-jalur sebelumnya. Banyak juga pohon besar yang tumbang yang menghalangi jalan. Jalur seperti lorong yang sempit pun juga masih banyak ditemukan di jalur pendakian menuju Pos 6

Dari Pos 5 hingga Pos 6, rombongan kami menghabiskan waktu sekitar 40 menit. Pos 6 (Samyang Ketebonan) berada pada ketinggian 2909 mdpl. Pada daerah ini tidak terlalu luas, sehingga tidak direkomendasikan untuk membangun camp disini. Pos 6 juga tidak ada warung milik warga lokal ya teman-teman.

 POS 6 – POS 7

Karena baru saja beristirahat, kami langsung melanjutkan perjalanan kami. Jalur menuju Pos 6 tadi yang lebih menanjak dari pos pos sebelumnya ternyata belum seberapa dari menanjaknya jalur menuju Pos 7. Disini jalur menanjak tapi tidak ada jalan seperti lorong, jalurnya lebih terbuka. Pemandangan bawah sudah dapat dilihat pada jalur ini. Indahnya langit yang berwarna jingga menambah semangat kami menuju puncak.

Perjalanan menuju Pos 7 menghabiskan waktu sekitar 45 menit. Pos 7 (Samyang Kendit) berada pada ketinggian 3040 mdpl. Disini terdapat satu gubuk warga sebagai warung. Ya, warung warga hanya sampai pada Pos 7 ya teman-teman. Pada Pos 7 dapat dipakai untuk ngecamp, namun, pada daerah ini kurang dianjurkan karena tempatnya yang tidak terlalu luas. Mungkin, hanya bisa dibangun sebanyak 3-4 tenda saja. Tentunya karena sudah semakin naik, suhu disini juga semakin dingin.

 POS 7 – POS 8

Selesai beribadah, kami pun melanjutkan perjalanan kami. Perjalanan menuju Pos 8 tidak lah jauh. Hanya menghabiskan waktu sekitar 15 menit. Pos 8 (Samyang Jampang) berada pada ketinggian 3092 mdpl. Pada pos ini hanya berupa lahan yang kecil dan tidak bisa untuk membangun camp, mungkin jika ingin beristirahat, dapat membangun camp darurat dengan flysheet.

POS 8 – POS 9

Karena jarak yang dekat dari Pos 7 tadi, kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan. Jalur pendakian menuju Pos 9 berupa vegetasi terbuka dengan angin yang cukup besar. Suhu di sini sudah mulai membuat badan menggigil. Perjalanan kami menuju Pos 9 hanya menghabiskan waktu sekitar 30 menit. Jalur disini mulai menanjak tajam dan jalan berupa tanah.

Pada Pos 9 (Plawangan) berada pada ketinggian 3172 mdpl. Dapat dilihat pemandangan indah dari sekitaran Gunung Slamet, terpampar nyata juga Gunung Sindoro, Gunung Sumbing dan Gunung Prau. Sangat indah sekali!  Pada Pos 9 suhu sudah menunjukkan -2𝇈C, untuk kalian yang tidak tahan dingin, harap bersiap ya!

Sebelum naik ke puncak, sarapan dulu yuk!

POS 9 – PUNCAK

Jalur pendakian menuju puncak berisi batu, kerikil dan reruntuhan pasir yang mudah gugur. Pasir dan kerikil dominan bewarna merah. Harus extra hati-hati jika akan summit. karena harus memilih jalan yang aman dan tidak meruntuhkan batu dibawahnya. Suhu summit tidak terlalu dingin, lebih dominan panas, karena pada summit kita akan mengeluarkan tenaga lebih karena tracking yang sangat menanjak.

Perjalanan summit menghabiskan waktu sekitar 2 jam dengan ketinggian 3428 mdpl. Pada puncak Gunung Slamet ada kawahnya. Para pendaki ramai berada di puncak, bergantian untuk mengambil momen di puncak Gunung Slamet. Dan kami Magmagama, dengan 10 orang dapat menaklukan puncak Gunung Slamet!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.