Kelas Pemetaan SNF 2021 : Perjalanan Lempeng dan Lontong

Kelas Pemetaan SNF 2021 : Perjalanan Lempeng dan Lontong

Minggu, 31 Januari 2021 seorang senior mengirimkan sebuah poster Kelas Pemetaan Gua Tingkat Lanjut yang diadakan oleh Stasiun Nol Festival. Hal itu menjadi salah satu trigger kami, Clara aka Lontong dan Jihad aka Lempeng Magmagama ’29, bergabung dalam Kelas Pemetaan Gua Tingkat Lanjut yang merupakan rangkaian acara dari kegiatan SNF (Stasiun Nol Festival), mengingat kami masih sangat minim pengalaman. SNF sendiri merupakan kegiatan festival peta gua tingkat nasional yang biasanya dilakukan setiap 2 tahun sekali, dimulai sejak tahun 2016, namun karena adanya pandemi COVID 19, maka SNF 2020 dilaksanakan pada tahun 2021 secara daring dan Kelas Pemetaan Gua Tingkat Lanjut tetap dilaksanakan secara luring dengan maksimal peserta sebanyak 12 orang.

Untuk mengikuti kelas pemetaan gua ini, kami sebagai calon peserta diharuskan mengirim sebuah esai yang berisi tentang pengalaman memetakan gua. Singkat cerita, kami memutuskan untuk mendaftar kegiatan ini dan mengumpulkan esai satu hari sebelum batas pengumpulan. Tidak banyak harapan kami dapat diterima dalam kelas pemetaan gua ini, karena pengalaman memetakan gua yang kami tuliskan dalam esai hanya biasa-biasa saja hehehe. Empat hari kemudian, munculah sebuah undangan grup dari panitia yang berarti kami berdua diterima, wow, kami kira paling tidak hanya salah satu dari kami yang akan diterima, eh ternyata malah dua-duanya, dari situ kami sempat berprasangka kalau jangan-jangan memang hanya 12 orang saja yang mendaftar hmm. Chat pertama yang dikirimkan panitia adalah ucapan selamat dilanjutkan dengan rundown kegiatan yang ternyata kami diharuskan untuk menginap selama 3 hari 2 malam, sangat menarik. Kami pun segera mempersiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan untuk kegiatan ini, mulai dari perlengkapan pribadi hingga perlengkapan pemetaan.

Jumat, 26 Februari 2021, tibalah hari keberangkatan kami yang bertepatan dengan hari ulang tahun salah satu teman kami, yaitu Stella. Siang itu kami berkumpul di kos Anne-Resi-Fiki sambil haha hihi dan berfoto ria dalam rangka ‘pelepasan atlet’. Setelah Jihad melakukan ibadah Sholat Jumat, kami berangkat menuju sekre ASC (Acintyaçûnyatâ Speleological Club, sebuah organisasi speleologi Yogyakarta) dan menunggu peserta lainnya tiba. Setelah seluruh peserta hadir, kami bersama-sama berangkat ke Kalisuci pada pukul 15.00 WIB dengan perjalanan yang memakan waktu sekitar 90 menit. Setibanya di sana kami diberikan waktu untuk beristirahat dan memulai kegiatan pertama pada pukul 17.00 WIB.

Sore ini kami dibekali beberapa materi mengenai Pemanfaatan Peta Gua, Interpretasi Peta Gua, serta materi SIG untuk Survei Permukaan, yang mana secara garis besar sudah pernah kami pelajari dalam materi perkuliahan di Teknik Geologi dan ketika Diklat Lanjutan mengenai pemetaan gua. Kemudian kami makan malam bersama dan dilanjutkan dengan kegiatan kedua. Malam itu kami bekerja dalam kelompok yang beranggotakan 4 orang, yaitu kami berdua, Adit dari Patrapala-UPN Yogyakarta, dan Haya dari Ajusta Brata-UNS Surakarta. Ternyata, pembagian kelompok ini didasari oleh latar belakang kami, yaitu dari kluster geologi, walaupun Adit dari jurusan Teknik Perminyakan dan Haya dari jurusan Teknik Sipil, sedangkan dua kelompok lainnya berasal dari kluster lingkungan dan pariwisata. Kelompok kami didampingi oleh seorang mentor dari ASC yaitu Mas Adi Guna Prasetyo. Sebuah pengalaman berharga bahwa kami dimentori langsung oleh seorang caver berpengalaman yang pernah mengikuti ekspedisi di Gua Hatusaka. Kegiatan malam ini adalah melakukan survei permukaan untuk menentukan lokasi mulut gua menggunakan aplikasi SIG berupa QGIS. Berdasarkan interpretasi penginderaan jauh dari indikator persebaran vegetasi, topografi, kelurusan geologi, serta ketidakmenerusan sungai, kami mendapatkan beberapa lokasi yang kemungkinan merupakan suatu mulut gua. Tepat pukul 21.00 WIB kami menyelesaikan kegiatan dan beristirahat karena kegiatan akan dilanjutkan esok hari, yaitu melakukan pemetaan gua serta menemukan lokasi mulut gua dari hasil interpretasi penginderaan jauh yang telah kami lakukan tadi.

Pagi harinya kami bangun pukul 06.00 WIB lalu bergegas untuk cuci muka dan sikat gigi karena akan dilakukan pemanasan berupa jogging dan peregangan otot. Setelah melakukan pemanasan, kami sarapan dan menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk pemetaan gua. Acara diawali dengan briefing mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari itu, kemudian pukul 08.00 WIB kami berangkat dari basecamp Kalisuci menuju ke Gua Pengilen menggunakan motor. Untuk dapat sampai ke mulut gua, dibutuhkan waktu sekitar 10 menit berjalan dari lokasi tempat kami memarkirkan motor, serta melewati sawah. Sebelum melakukan pemetaan, kami melakukan pembagian tugas, yaitu Jihad sebagai shooter, Clara sebagai deskriptor, Adit sebagai stasioner, dan Haya sebagai sketcher.

Gua yang kami petakan merupakan gua horizontal dengan sebuah cabang berupa lorong vertikal, namun kami hanya memetakan gua yang horizontal saja. Untuk pertama kalinya pemetaan gua yang kami lakukan merupakan pemetaan gua tematik dengan aspek geologi, tidak hanya aspek speleologinya saja. Yang menarik, ternyata selama melakukan pemetaan gua kami menemukan adanya perlapisan-perlapisan batuan, kekar, dan sesar. Kami sempat mencoba mengukur strike dip dari perlapisan batuan menggunakan kompas geologi yang dibawa oleh Mas Adi yang kemudian dicatatkan dalam peta. Secara keseluruhan, gua ini memiliki panjang sejauh 66,23 meter dengan tinggi 5,99 meter.

Selesainya memetakan Gua Pengilen, kami berkumpul di dekat lokasi kami memarkirkan motor untuk istirahat makan siang bersama-sama dan kemudian melanjutkan kegiatan kami yang kedua, yaitu melakukan survei permukaan untuk menemukan lokasi mulut gua. Pertama, kami memindahkan peta berisi titik lokasi yang memungkinkan adanya mulut gua kemarin ke dalam aplikasi peta offline pada handphone masing-masing, yaitu Avenza Maps atau Maverick. Masih dengan kelompok yang sama, kami pergi mencari 4 lokasi yang kami anggap paling memungkinkan merupakan sebuah mulut gua, namun kegiatan kami kali ini tidak lagi didampingi oleh Mas Adi, namun ditukar dengan Mas Patak (Mas Wildan Afham, seorang caver dari ASC).

Pencarian kami dimulai dari titik pertama, yang kami pilih karena berada pada lokasi menghilangnya sungai secara tiba-tiba. Titik tersebut berada di tengah sawah, sehingga kami perlu berjalan menyusuri sawah dan perkebunan untuk dapat ke lokasi tersebut. Benar adanya, kami menemukan sebuah sungai yang sudah tidak berair dan terlihat sisa-sisa sedimen seperti tertarik ke satu titik. Titik tersebutlah merupakan suatu lubang kecil yang suatu hari dapat menjadi suatu mulut gua, yang disebut sebagai ponor. Sejujurnya, ponor yang kami temukan tidak sesuai dengan mulut gua yang selama ini kami ekspektasikan.

Gagalnya menemukan mulut gua yang sesuai dengan ekspektasi, membuat kami menjadi semakin semangat untuk mencari titik-titik lokasi lainnya. Selanjutnya, kami harus melalui jalan yang sangat jelek dan tidak memungkinkan untuk dilewati motor, sehingga membuat kami memutuskan untuk berjalan kaki. Kemudian kami melakukan susur lembah, dikarenakan lembah merupakan sebuah depresi sehingga pelarutan di area tersebut sangatlah intens. Namun, setelah beberapa jam kami mencari, ternyata hasilnya ‘zonk’. Kami pun memutuskan untuk kembali pulang, karena hari sudah beranjak sore.

Kami tiba di basecamp pada pukul 16.00 WIB dan diberikan waktu untuk istirahat hingga pukul 19.00 WIB sambil memindahkan data peta ke dalam suatu spreadsheet. Setelah beristirahat, acara dilanjutkan dengan pengolahan peta gua dasar dan tematik. Secara khusus, kelompok kami mengusung peta tematik gua dengan tema speleomorfologi. Dengan melihat bentukan lorong gua, kita dapat memperkirakan faktor pengontrol dominan terbentuknya lorong tersebut, apakah dikarenakan oleh faktor hidraulik maupun karena struktur geologi. Tidak terasa, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 00.00 WIB dan itu peta kami masih jauh dari selesai. Pengolahan data pun dihentikan dan kami bergegas istirahat karena memang sudah jadwalnya untuk beristirahat.

Pagi harinya pukul 07.00 WIB, kami langsung melanjutkan peta ditambah kami juga harus menyiapkan presentasi mengenai survei permukaan kemarin. Ternyata hingga pukul 9.00 WIB peta tematik kami juga masih belum selesai, namun sesi presentasi tetap dimulai. Masing-masing kelompok memaparkan hasil peta gua tematik dan survei permukaan mereka. Selama presentasi, panitia dan peserta diminta untuk memberikan kritik dan saran untuk dijadikan pembelajaran bagi masing-masing kelompok. Hasil pengamatan dan pembuatan gua tematik kami menunjukkan bahwa Gua Pengilen memiliki 2 faktor pengontrol pembentukan lorong gua yaitu faktor hidraulik dan faktor struktur geologi. Faktor hidrolik ditandai dengan bentukan lorong yang membulat pada lorong-lorong pada setengah bagian pertama gua sedangkan faktor struktur ditandai dengan lorong gua yang sempit, tinggi, dan tegak pada setengah bagian sisanya. Kami juga menemukan adanya bidang sesar yang semakin menguatkan argumen bahwa pembentukan lorong Gua Pengilen dikontrol oleh faktor struktur geologi.

Sesi presentasi selesai pukul 12.00 WIB, dilanjutkan dengan istirahat makan dan mengobrol santai sembari lebih mengenal, dikarenakan memang agenda dari Kelas Pemetaan Tingkat Lanjut SNF sendiri sudah selesai. Acara pun ditutup dengan foto bersama antara peserta dengan panitia, serta tidak lupa untuk berpamitan dengan pihak basecamp Kalisuci. Pukul 15.00 WIB kami pun memutuskan untuk langsung kembali ke Jogja dan tiba pada pukul 17.00 WIB. Walaupun cukup melelahkan dan sempat membuat frustasi ketika mencari titik lokasi mulut gua, tetapi kegiatan 3 hari 2 malam ini sangat menarik, menyenangkan, dan sangat memberikan hal-hal baru bagi kami mengenai pemetaan gua, khususnya pemetaan gua tematik yang ternyata banyak kaitannya dengan Teknik Geologi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.