Catatan Perjalanan Pendakian Gunung Merbabu, Jawa Tengah via Kopeng (Cunthel dan Tekhelan)

Catatan Perjalanan Pendakian Gunung Merbabu, Jawa Tengah via Kopeng (Cunthel dan Tekhelan)

Diklat Lanjutan (dikjut)Mountaineering Magmagama XXVII merupakan diklat lanjutan terakhir yang diikuti oleh 15 calon anggota Magmagama XXVII yang terdiri dari Angok, Ceplox, Cindot, Cimush, Dobi, Galer, Hilih, Kecret, Kinthil, Kopong, Lutung, Mejen, Pejyu, Ramang, dan Upho serta beberapa dewan dan senior. Kegiatan dikjut kali ini dilaksanakan pada tanggal 4-6 Mei 2018 di Gunung Merbabu berupa pendakian via Kopeng yang dibagi menjadi 2, yaitu via Cunthel dan via Tekhelan. Output Dikjut Mountaineering adalah peta jalur pendakian serta vlog perjalanan.

Jumat, 4 Mei 2018                                     

            Pendakian kali ini dilakukan melalui Kopeng, Kopeng, Kec. Getasan, Semarang. Jalur pendakian yang digunakan adalah jalur Thekelan dan Cuntel, kemudian turun melalui jalur Thekelan. Jalur pendakian ini berada di sisi utara gunung Merbabu bersama dengan jalur pendakian Wekas.  Keberangkatan dibagi menjadi 2 kloter, yakni Tim Cunthel dan Tim Tekhelan. Tim Cunthel terdiri dari Angok, Ceplox, Cimush, Dobi, Hilih, Kecret, Mejen, dan Pejyu. Sedangkan Tim Tekhelan terdiri dari Cindot, Galer, Kinthil, Kopong, Lutung, dan Ramang. Sebelum berangkat, terlebih dahulu diadakan briefing serta doa bersama. Tim Cunthel yang ditemani oleh Mas Ndembik menjadi kloter pertama yang berangkat dari Dapur Magma (istilah untuk sekretariat Kapala Magmagama) sekitar pukul 19.00 menuju basecamp Tekhelan yang kemudian disusul oleh Tim Tekhelan yang ditemani oleh bang Pamflet pada pukul 19.30 untuk bersama-sama istirahat terlebih dahulu di basecamp Thekelan sebelum dilakukan pendakian esok hari.

            Perjalanan menuju basecamp Tekhelan ditempuh dengan melalui jalan yang menanjak. Tim Cunthel sedikit mengalami masalah karena sepeda motor yang dikendarai Angok dan Kecret bocor di daerah Sawangan, Magelang. Kesulitan yang dihadapi adalah karena perkampungan penduduk pada sekitar pukul 21.00 WIB sudah sangat sepi, sehingga kami diharuskan untuk mengetuk pintu rumah-rumah warga yang membuka bengkel. Hal ini membuat Tim Cunthel tiba di Basecamp Tekhelan sekitar pukul 23.30, berbeda dengan Tim Tekhelan yang sudah tiba di Basecamp Tekhelan sekitar pukul 21.30 yang ditempuh dengan melakukan perjalanan sekitar 3 jam. Kira-kira pukul 00.00 DewanPengurus berangsur-angsur datang. Tim akhirnya dapat beristirahat untuk mempersiapkan pendakian esok hari.

Sabtu, 5 Mei 2018

            Kegiatan istirahat berlangsung hingga pukul 05.00 WIB, kemudian Tim melakukan sholat subuh dan persiapan. Dapat dinikmati pula pemandangan dari basecamp yaitu Puncak Telomoyo dengan Gunung Ungaran dibaliknya. Daribasecamp Tekhelan pula dapat dilihat Pos Pemancar tempat kami akan mendirikan camp malam ini.

 

telo

(Pemandangan Puncak Telomoyo dan Gunung Ungaran dilihat dari basecamp Tekhelan, kamera menghadap utara)

Pada pukul 07.00 sarapan yang di pesan melalui basecamp sudah tiba. Tak lama kemudian beberapa senior datang diantaranya mas sonthol, mas nganu, mas khemis, dan mbak linglung untuk turut meramaikan dikjut ini. Kemudian kami melakukan briefing sebelum pendakian yakni termasuk pengecekan barang bawaan dan juga pembagian tugas untuk target output berupa peta jalur pendakian, vlog, serta catatan perjalanan.

Merbabu_180514_0050

(Foto bersama Magmagama XXVII bersama dewan dan senior sebelum pendakian)

 

[Via Cunthel]

            Setelah dilakukan briefing, pada pukul 08.30 WIB Tim Cunthel didampingi oleh Mas Ndembik, Mas Meqqi, Mas Bakntol, Mas Pamflet, Mas Tenot, Mas Kodok, dan Mbak Belek berangkat menuju Basecamp Cunthel. Perjalanan diantar oleh penjaga basecamp melewati jalan yang cukup menanjak karena melintasi punggungan. Trek menuju basecamp berupa pemukiman warga, perkebunan, dan hutan pinus dengan pemandangan Gunung Andong, Gunung Sumbing, Gunung Sindoro.

 

(Pemandangan perjalanan basecamp Tekhelan ke basecamp Cunthel,

kamera menghadap barat laut)

Salah satu kesulitan yang kami hadapi adalah ketika HT yang digunakan tidak bisa tersambung dengan Tim Tekhelan. Sehingga perjalanan di lakukan dengan tanpa adanya komunikasi antara 2 jalur yang sebelumnya telah diagendakan setiap setengah jam sekali. Setelah sekitar setengah jam perjalanan, tibalah kami di basecamp Cunthel.Basecamp Cunthel terletak di Jl. Umbul Songo Km. 3, Desa Cunthel, RT 01/ RW 01 Kopeng, Getasan, Semarang, Jawa Tengah. Kondisi basecamp Cunthel sangat sepi, bahkan tidak ada penjaga sama sekali. Basecamp Cunthel dilengkapi 2 kamar mandi yang layak dengan ruangan istirahat berukuran 7 x 4 m.

 

(Basecamp jalur pendakian via Cunthel)

 

224421

(Pemandangan dari depan basecamp Cunthel, kamera menghadap barat laut)

Pendakian dipimpin oleh Pejyu dan yang menjadi sweeper adalah mas Tenot. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Pos Bayangan 1 pada pukul 09.15 melewati pemukiman warga yang memiliki jalan cor kemudian melewati perkebunan wargayang mulai berganti dengan jalan setapak. Setelah 45 menit perjalanan, tibalah kami di Pos Bayangan 1 pada pukul 10.00. Pos ini berupa gazebo berukuran 4×4 m yang kondisinya masih sangat baik. Dilengkapi dengan papan berisikan tentang informasi peta jalur pendakian Cunthel beserta estimasi waktu tempuh menuju tiap-tiap pos. Pada pos ini terdapat 2 cabang jalur, yang ke arah kanan menuju ke Pos Bayangan 2 dan yang ke arah kiri langsung menuju Pos 1. Namun jalur yang langsung menuju Pos 1 tidak direkomendasikan karena harus melewati sungai yang cukup terjal dan kondisi jalan sudah lama dibiarkan. Kami beristirahat selama 15 menit di pos ini, beberapa dari kami ada yang minum sambil mengistirahatkan paru-paru.

224424

(Gazebo Pos Bayangan 1 via Cunthel)

 

224423

(Papan Informasi Pos Bayangan 1 via Cunthel)

 

(Percabangan pada Pos Bayangan 1 via Cunthel)

Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Pos Bayangan 2 Gumuk pada pukul 10.15. Jalur dari pos bayangan 1 ke pos bayangan 2 didominasi oleh pohon pinus dan tumbuhan lain khas pegunungan. Kondisi medan ke pos bayangan 2 tidak terlalu terjal, namun jarak yang relatif jauh membuat nafas kembali diuji. Tak lupa untuk target output peta jalur pendakian, pada setiap belokan jalur yang berarti kami tidak lupa untuk plotting kordinat dan tetap selalu tracing jalur.

Sekitar pukul 11.45, kami pun tiba di Pos Bayangan 2 Gumuk yang berupa gazebo berukuran 4×3 m dengan kondisi yang layak huni. Di depan Pos Bayangan 2 terdapat keran air, namun pada saat pendakian, keran tersebut tidak berfungsi, entah sedang kering atau pun telah rusak. Kami beristirahat selama sekitar 10 menit.

 

(Pos Bayangan 2 Gumuk via Cunthel)

Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Pos 1 Watu Putut pada pukul 11.55. Medan menuju pos 1 agak datar dengan jalan yang agak lebar sekitar 2-3 meter, vegetasi masih didominasi oleh pinus dan tumbuhan pegunungan lainnya. Sekitar pukul 12.40 WIB kami tiba di Pos 1. Tidak seperti pos-pos bayangan yang sebelumnya, pos 1 ini hanya berupa tempat datar yang agak luas dengan beberapa batu besar. Di sini kami memutuskan untuk beristirahat. Beberapa dari kami ada yang memilih tidur dan ada pula yang makan untuk sekedar mengganjal perut. Kami menghabiskan waktu sekitar setengah jam untuk beristirahat.

(Pos 1 Watu Putut via Cunthel)

Perjalanan kembali dilanjutkan menuju Pos 2 Kedokan pada pukul 13.10. Medan yang mulai curam serta vegetasi yang rapat menemani perjalanan ke pos 2.Sekitar pukul 13.55 WIB kami tiba di Pos 2. Pos ini memiliki area datar yang cukup luas dan berundak. Terdapat pohon-pohon rindang yang membuat suasana sangat nyaman untuk beristirahat. Dengan kondisi itu, pos ini dapat menampung sekitar 5-6 tenda. Diiringi dengan alunan musik dari gawai pintar mas Maqqi, kami memutuskan untuk memasak disini. Kami membuat mie goreng, sup krim, serta minuman berasa sebagai penyegar. Setelah sekitar sejam untuk mengisi tenaga, kami bergegas untuk melanjutkan perjalanan.

(Dokumentasi Pos 2 Kedokan via Cunthel)

Perjalanan menuju Pos 3 disambut dengan kabut yang sudah mulai turun. Suasana dingin kembali menemani kami mendaki sekitar pukul 15.00.Pada perjalanan ini lah mulai muncul vegetasi berupa edelweiss yang menandakan bahwa elevasi kami mendaki sudah cukup tinggi. Selain itu vegetasi juga sudah tidak serapat sebelumnya dan dengan medan yang curam. Pada perjalanan ke pos 3 ini juga terlihat ayam hutan, yang notabenenya bisa terbang lebih lama dibandingkan ayam ternak.

GOPR8547.JPG

(Dokumentasi perjalanan di tengah vegetasi rerumputan)

Tepat sebelum kami tiba di Pos 3 Kergo Pasar, akhirnya kami dapat berkomunikasi dengan Tim Tekhelan. Kami meminta plottingan GPS terakhir mereka yang ternyata posisi kedua tim berjarak hampir sama menuju Pos Pemancar. Sekitar pukul 15.55, tibalah kami di Pos 3 Kergo Pasar yang berupa area datar yang cukup luas dengan vegetasi rumput. Dari pos ini lah, Pos Pemancar sudah Nampak berdiri kokoh di atas suatu puncak. Di pos ini kami beristirahat selama 15 menit.

GOPR8564.JPG

(Papan Informasi Pos 3 Kergo Pasar via Cunthel)

224431.jpg

(Dokumentasi suasana Pos 3 via Cunthel)

Merasa sangat termotivasi karena Pos Pemancar sudah terlihat dekat, kami langsung melanjutkan perjalanan melewati jalanan yang makin curam denganmedan yang berupa tanah dan pasir lepasan. Pemandangan masih berupa Gunung Andong, Gunung Sindoro dan Sumbing. Awan berkembang cukup besar yang kian sore kian menutupi pemandangan. Horizon yang tertutup awan menghalangi kita untuk mendapatkan sunset view yang diincar. Kami sudah mulai lelah dan perjalanan kali ini terasa sangat lama seolah-olah Pos Pemancar yang daritadi nampak, malah menjauhi kami. Matahari terbenam mengakhiri perjalanan hari itu. Sekitar pukul 18.00, anggota Tim Cunthel telah seluruhnya tiba di Pos Pemancar. Pos ini berada di atas punggungan dengan pohon yang sangat sedikit.Dari pos Pemancar ini dapat terlihat dome-dome yang didirikan di pos 3, begitu pula dapat terlihat punggungan lain.Di pos ini, Tim Tekhelan sudah tiba terlebih dahulu. Dome-dome sedang dipasang di punggungan Merbabu. Flysheet dipasang diantara pohon-pohon untuk membuat tempat memasak makanan. Angin berhembus semakin kuat, pasir-pasir pun terangkat dan menjadikan udara sangat berdebu.

 

[Via Tekhelan]

Sekitar 10 menit pertama kami mulai meninggalkan rumah warga. Lalu jalan mulai hanya jalan setapak. Diawal perjalanan, kami melihat morfologi sekitar berupa ladang dan perkebunan milik warga. Dari sini, kami sudah bisa melihat puncak pemancar.

1527596552748

(Pemandangan setelah dari basecamp)

Sekitar 15 menitdari ladang milik warga, morfologi khas gunung sudah mulai terlihat seperti pepohonan, rerumputan tinggi, dan juga jalan terjal serta berliku. Setelah 45 menit perjalanan, kami memutuskan untuk istirahat dahulu. Ditemukan fauna berupa laba-laba di sini. Sembari beristirahat kami mengecek kembali plottingan kami. Mulai dari sini tugas plotting diambil alih oleh Upho. Kami juga melakukan dokumentasi selama perjalanan. Seharusnya kami membuat vlog selama perjalanan menggunakan kamera yang dibawa oleh Kopong. Tetapi kami menemukan kesulitan dalam mengubah mode kamera tersebut menjadi mode merekam. Akhirnya Kopong pun memakai kamera HP-nya untuk merekam video sepanjang perjalanan.

1527596655775.jpg

(Kegiatan ploting dan tracing jalur)

Setelah melanjutkan perjalanan, sudah bisa dilihat morfologi sekitar berupa bukit di sebelah barat dan pegunungan di sebelah utara. Kami pun sampai di pos 1 setelah satu setengah jam perjalanan. Di sana kami memutuskan untuk istirahat sebentar selama 5 menit sebelum melanjutkan perjalanan. Tak lupa kami mendokumentasikan apa yang ada di sini. Di pos ini terdapat sumber air dan semacam gazebo yang sudah disemen untuk tempat berteduh.

1527596692361.jpg

(Pos 1 via Tekhelan)

Setelah itu kami melanjutkan pendakian, di perjalanan kami menemukan batuan beku berwarna abu-abu keputihan, ukuran kristal kurang dari 1 mm, holokristalin, bentuk kristal euhedral, hubungan antarkristal panidiomorfik, tekstur porfiroafanitik, struktur masif, komposisi kuarsa, mineral felsik. Nama batuan diperkirakanan adalah dasit.

Setelah 30 menit perjalanan dari Pos 1, kami memutuskan untuk istirahat. Kurang lebih satu setengah jam perjalanan dari Pos 1, sampailah kami di Pos 2 pada pukul 11.30. Di pos 2 ini juga terdapat sumber air dan juga gazebo yang berlantai keramik.

1527596710910

(Pos 2 via Tekhelan)

Perjalanan dari Pos 2 ke Pos 3 disuguhi pemandangan punggungan yang indah. Di sini kita juga bisa melihat kota dari kejauhan. Di sebelah barat jalur juga terdapat tebing yang tersusun atas material vulkanik piroklastik. Tebing berdimensi 200 m x 50 m. Menghadap ke timur dan terhampar dari selatan ke utara.

1527596741530.jpg

(Pemandangan tebing didapat pada perjalanan Pos 2 ke Pos 3 via Tekhelan)

Setelah 1 jam mendaki, sampailah kami di Pos 3 pada pukul 13.00 WIB. Kami memutuskan untuk ishoma 15 menit disini. Pos 3 ini berupa tanah yang lapang sekitar 10 m x 10 m dan ada juga sumber air disini. Ini adalah sumber air terakhir di jalur ini. Setelah merasa cukup istirahat, kami pun melanjutkan perjalanan ke Pos 4, pada medan yang ada di antara Pos 3 dan Pos 4, kami menemukan buah berry. Pada medan ini juga kami menghadapi tanjakan yang curam serta tumbuhan yang lebat hingga kadang menutupi jalan. Setelah melakukan cukup banyak istirahat di perjalanan, kami sampai di pos 4 setelah 1 jam pendakian pada sekitar pukul 14.30 WIB. Di Pos 4 berupa tanah lapang sekitar 10 m x 10 m. Kami beristirahat sekitar 10 menit lalu bergegas melanjutkan perjalanan karena pemancar selalu terlihat saat kami berjalan. Sepanjang perjalanan kami melihat pohon-pohon bekas terbakar dan monyet-monyet.

1527596794151.jpg

(Medan menuju puncak dan monyet yang ditemui)

Karena jalanan makin menanjak dan sedikit jalan datar, kami sering beristirahat. Sepanjang perjalanan puncak-puncak terlihat indah dari sini. Sekitar satu jam kemudian kami sampai ke pos terakhir sebelum pemancar. Pos ini berbatu-batu dan menyuguhkan pemandangan yang indah dari atas dengan angin yang cukup semilir dan dingin. Pos pemancar semakinmenggemaskan karena terlihat semakin dekat. Kami beristirahat sekitar sepuluh menit lalu bergegas melanjutkan perjalanan lagi. Jalan disini juga semakin terjal. Sekitar satu jam kemudian, saat hari mulai gelap, kami pun akhirnya sampai di tempat kami akan bermalam yaitu pos pemancar. Angin begitu kencang disini. Kami pun langsung membangun dome dan flysheet untuk memasak.

[Gabungan cerita Cuntel Tekhelan]

Beberapa dari kami mendirikan dome, dan yang lain mempersiapkan masakan. Angin yang berhembus kuat tadi juga mengganggu kegiatan memasak. Selain api dari kompor yang menjadi rentan mati karena tertiup angin, pasir-pasir yang berterbangan juga membuat bahan makanan yang bahkan sudah dipotong-potong dan dikupas menjadi kotor. Karena angin yang berhembus sangat kencang dan kontinyu, sebagian besar kami berlindung di dalam dome dan memasak air di dalamnya. Hanya beberapa orang yang memasak di luar domedibantu Mas Peyek. Ketika memasak, beberapa dari kami membuat air panas dan digunakan untuk menyeduh minuman hangat. Malam ini langit begitu cerah, hamparan gugusan bintang begitu memesona mata, polusi cahaya sangat minim. Namun karena angin yang berhembus terlalu kuat, beberapa dari kami yang awalnya membantu memasak, satu persatu tumbang dan berlindung masuk ke dalam dome. Bahkan malam itu, hanya sedikit orang yang makan malam, yang lain memilih tidur di dalam dome. Patroli dilakukan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Perjalanan yang awalnya ingin dilanjutkan pada malam hari demi mengejar sunrise view di pagi hari pun gagal. Beberapa dari kami ada yang kedinginan karena kencangnya angin yang berhembus.

Merbabu_180522_0124.jpg

(View pos Pemancar dari jalur menuju puncak, kamera menghadap ke arah utara)

Minggu, 6 Mei 2018

            Pada pagi harinya, persiapan untuk mencapai puncak Merbabu kembali dilanjutkan. Pada perjalanan kali ini, disiapkan hanya beberapa carrier saja yang berisi ponco, bahan makanan, P3K, serta minuman karena perjalanan akan dilanjutkan dengan lost carrier. Setelah mengisi perut dengan makanan pengganjal lapar dan minuman hangat, sekitar pukul 07.00 WIB perjalanan menuju puncak pun dilanjutkan. Perjalanan melewati punggungan berbatu besar dengan medan yang naik turun. Kami pun juga melewati kawah Merbabu dengan bau sulfur yang masih terasa. Batuan-batuan disana pun beberapa mengalami alterasi karena adanya kandungan belerang disana.

(Kawah Gunung Merbabu)

(view summit attack dari pos Pemancar, kamera menghadap ke selatan)

1527597349063.jpg

(Petunjuk mata air di pertigaan puncak Geger Sapi dan mata air)

Medan memerlukan kehati-hatian lebih karena jalan setapak yang ada sempit dan diapit jurang. Beberapa tempat juga berupa batuan yang sudah lapuk sehingga licin untuk ditapak.Pendakian ini juga tidak lupa luput dari trek-trek yang berupa pijakan pada tebing berbatu yang sempit. Salah satu trek yang terkenal yakni Jembatan Setan. Trek ini berupa jalan sempit berbatu dengan panjang sekitar 3 meter, lebar pijakan tidak lebih dari setengah meter dengan sisi kirinya berupa tanah sedalam 2 meter. Sesampainya di sisi lain Jembatan Setan, pendaki kembali disambut dengan jurang yang menganga sedalam sekitar 10 meter.

1527597457667.jpg

(View jalur menuju puncak sebelum Jembatan Setan)

Merbabu_180522_0115 trek eks

(Salah satu trek ekstrim yang melipir dengan jurang)

224412

(Jembatan Setan)

Saat melewati jalur Jembatan Setan diperlukan kepercayaan diri yang tinggi agar tidak takut ketika melewatinya. Rebahkan tubuh ke arah tebing, kemudian carilah pegangan pada tebingnya berupa lubang. Setelah sampai di sisi lain Jembatan Setan, jalur akan menanjak ekstrem dengan cara memanjat batu ke arah kanan, berhati-hatilah karena sebelah kiri merupakan jurang yang menganga. Pada pukul 09.00 WIB semua orang sudah tiba di Puncak Kenteng Songo (3142 mdpl) dari Gunung Merbabu.

224413

(Magmagama Angkatan Diklat XXVII di Puncak Kenteng Songo)

Merbabu_180522_0412

(MAGMAGAMA di puncak Kenteng Songo)

Di puncak kami berfoto ria dengan background gunung Merapi di selatan, menikmati panganan, dan menyambangi puncak yang berada di sebelah barat Kenteng Songo yakni puncak Trianggulasi yang berjarak hanya sekitar 5-10 menit dengan medan yang turun naik didominasi oleh tanah dan pasir lepasan. Kami kemudian turun pada pukul 10.00 agar waktu yang telah dengan baik dijadwalkan berhasil terlaksana. Pada pukul 11.30 kami tiba kembali di Pos Pemancar. Disana, beberapa dewan yang tidak ikut naik telah memasak untuk makan siang. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan berkemas dan persiapan turun. Setelah semua selesai, kami mengadakan kegiatan evaluasi dikjut mountaineering bersama dewan.

Merbabu_180522_0097mkns.jpg

(Makan siang sebelum perjalanan turun)

(View gunung Merapi dari puncak Kenteng Songo, kamera menghadap arah selatan)

 

 

BIAYA RETRIBUSI

sekitar 15 – 20 rb rupiah/orang

224415.jpg

 

TOTAL PERJALANAN VIA CUNTHEL

Basecamp Tekhelan – Basecamp Cunthel (30 menit)

Basecamp Cunthel – Pos Bayangan 1 (45 menit)

Pos Bayangan 1 – Pos Bayangan 2 (1,5 jam)

Pos Bayangan 2 – Pos 1 (45 menit)

Pos 1 – Pos 2 (45 menit)

Pos 2 – Pos 3 (55 menit)

Pos 3 – Pos Pemancar (1 jam 50 menit)

Pos Pemancar – Puncak Kenteng Songo (2 jam)

TOTAL = 7 jam

 

TOTAL PERJALANAN VIA TEKHELAN

Basecamp Tekhelan – Pos 1 (2 jam)

Pos 1 – Pos 2 (1 jam)

Pos 2 – Pos 3 (1 jam 15 menit)

Pos 3 – Pos 4 (1 jam 30 menit)

Pos 4 – Pos Watu Gubuk (1 jam 15 menit)

Pos Watu Gubuk – Pos Pemancar (1 jam)

Pos Pemancar – Puncak Kenteng Songo (2 jam)

TOTAL = 8 jam

#editor: 1625004

bennozola

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.